Sunday 29 November 2009

Rabu dan November


Rabu dan November . Dua hal yang berarti dan mungkin menjadi bagian dari sejarah perjalanan hidup saya. Rabu dan November merupakan dua hal yang saya akan ingat dan kenang sebagai pelajaran bagi saya kedepan. Entah kapan, yang pasti saya yakin nantinya pasti saya belajar banyak dari Rabu dan November ini.

Rabu 25 November 2009 tepatnya, hari yang bagi saya sangat penting, sekaligus penentu -setidaknya menentukan satu tahun kedepan kehidupan saya dikampus. Hari ini adalah hari dimana perjuangan saya dan teman-teman kurang lebih sebulan terakhir ditentukan. saya sangat mempersiapkan datangnya hari ini, dari hal yang paling penting sampai hal yang paling sederhana tetapi tetap penting sebagai penunjang. Yang pasti, datangnya hari ini sudah sangat saya persiapkan sebelumnya, meskipun memang ternyata kurang maksimal.

Ada sebuah analogi yang menarik bagi saya dan itu mungkin berkaitan dengan Rabu dan November yang saya alami. Padi yang bagus, berkualitas serta bergizi adalah hasil dari kerja keras dari sang petani. Petani tersebut memilih bibit yang berkualitas, mengelola tanah dengan baik, memberi pupuk, membuat irigasi yang baik, dan menjaga padi dari hama. Oleh karena itu padi yang dihasilkan adalah padi yang berkualitas, bersih serta bergizi untuk yang memakannya. Analogi tersebut ekuivahlen dengan Rabu dan November saya. Ibaratnya saya adalah petani yang sedang mencoba untuk menanam padi. Pastinya saya menginginkan bahwa padi yang dihasilkan adalah padi yang berkualitas baik. Oleh karenanya saya melakukan hal-hal seperti yang dilakukan petani lain pada umumnya. Memilih bibit, mengolah tanah, membuat irigasi, memberi pupuk, dan menjaga dari serangan hama. Dan ketika masa panen saya tiba ( baca: Rabu dan November ) ternyata padi yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang saya ekspektasikan. Padi saya bukan padi berkualitas.

Tanda tanya besar memang, bila hasilnya jauh dari apa yang diharapkan. Dan begitu pula berlaku untuk Rabu dan November saya. Ketika semua persiapan yang telah dilakukan, namun ternyata hasilnya jauh dari harapan. "kekalahan". Adalah suatu hal yang tidak diinginkan memang, tapi itu terjadi dalam Rabu dan November saya. Kecewa, pasti dan menurut saya manusiawi. Sedih itu harus, karena menurut saya justru aneh apabila saya malah senang dengan hasil yang demikian. Bukankah semua petani pasti sedih melihat padinya gagal panen?. Saya masih ingat betul ketika akal sehat saya secara sadar menyadari bahwa kekalahan atau lebih halus " ketidakberhasilan " menjadi suatu kenyataan bagi saya. masih segar dalam ingatan saya ketika setelah saya menyadari hal tersebut, saya langsung memandang teman-teman saya yang memang sudah berharap besar kepada saya pada Rabu dan November itu. Perih rasanya ketika menyadari terdapat gurat kesedihan di wajah mereka menghadapi kenyataan yang harus kami terima. Seperti melihat masyarakat yang merasa sedih ketika sang petani gagal panen, masyarakat tersebut sedih karena padi yang mereka harapkan dapat digunakan sebagai bekal pangan mereka, ternyata tidak dapat digunakan. Meskipun mereka berusaha membuat saya tegar, namun saya melihat terdapat rona kekecewaan di masing-masing wajah mereka. Dan hal itu yang sebenarnya lebih menyakitkan bagi saya ketimbang kenyataan yang saya terima pada Rabu dan November tersebut.

Namun ada setiap hikmah dari setiap peristiwa, dan itu terpatri betul dalam benak saya. Pasti ada matahari cerah dibalik badai yang sedang berkecamuk. Tidak adil bagi saya apabila saya terus berada dalam garis kekecewaan dan meratapi apa yang terjadi pada Rabu dan November saya. Saya harus bekerja keras lagi, menanam padi dengan penanganan yang lebih baik, perencanaan yang lebih matang serta kontrol yang kuat terhadap "HAMA-HAMA" perusak padi. Agar dapat menghasilkan padi yang berkualitas baik serta bergizi. sehingga masyarakat yang telah berharap banyak kepada saya tidak merasa kecewa lagi.

Hal yang paling penting dan paling membekas bagi saya adalah adanya satu pelajaran yang sangat berarti bagi saya adalah belajar berhati-hati dan waspada terutama terhadap "HAMA". saya yakin dan percaya bahwa faktor utama "gagalnya" panen padi saya adalah karena HAMA. karena saya yakin saya sudah memilih bibit, mengelola tanah, memberi pupuk, membuat irigasi secara baik. Tapi satu hal yang saya lupakan adalah ternyata banyak HAMA disekeliling saya. Saya lupa bahwa HAMA tersebut mengincar padi saya dan saya lengah pada hal itu. Bukan bermaksud menjadikan HAMA sebagai kambing hitam, namun pointnya adalah sebagus apapun saya memilih bibit, mengolah tanah, memberi pupuk dan membuat irigasi tapi apabila saya tidak mencegah HAMA dan melakukan pengawasan atas HAMA, maka tetap saja akan gagal panen.

Meskipun demikian, tidak ada artinya evaluasi tanpa adanya proses berpikir. Tidak ada artinya saya mencari-cari kesalahan karena pada dasarnya semua sudah berlalu, Rabu dan November saya telah terjadi. Jadi bagaimana saya menata hati dan pikiran saya kedepan, itulah yang paling bijak untuk dilakukan. Im sure, there must be a story of failure in every story of a great man in this world. Dan semoga Rabu dan November saya bisa menjadi titik balik bagi teman-teman saya kedepan. :-)

*saya dedikasikan untuk teman-teman yang telah memberikan dukungan, Terimakasih dan apresiasi besar bagi teman-teman sekalian

Monday 2 November 2009

Andai Aku Bukan Aku

entah kenapa, saya juga bingung judul diatas tiba-tiba melintas dipikiran saya. sebenarnya tidak tepat juga kalau dibilang "tiba-tiba" karena itu adalah hal yang seharian saya pikirkan, ada di benak saya. kalimat yang simpel memang, tidak lebih dari 5 kata dan phrase. tapi sungguh sarat makna. "andai aku bukan aku" . Saya yakin setiap orang di dunia ini pernah berpikir seperti ini. atau mungkin anda yang sekarang membaca blog ini pun pernah berpikir tentang hal seperti ini. Hal yang kecil tapi berarti.
andai aku bukan aku, sedikit bingung memang, tapi well saya hanya ingin share aja mengenai apa yang telah saya alami seminggu ini,,
selasa lalu, hmm entah selasa atau rabu tepatnya saya lupa. saya berjalan disebuah stasiun kereta dan melihat sosok ibu pedagang aneka rupa-rupa...aneka rupa-rupa disini bukan berarti segalanya dijual di ibu ini,tapi karena saya bingung sebenarnya spesifikasi apa yang dijual dia. Tisu, permen, korek, dan beberapa pulpen yang menjadi barang dagangannya. kebetulan saya membutuhkan tissu dan membeli pada ibu tersebut. setelah saya memanggil ibu itu, kemudian dia menghampiri. setelah transaksi ibu itu duduk di sebelah saya, sambil berkata, " hmm panasnya ya dek hari ini "
saya pun mengiyakan karena memang cuacanya sangat panas dan kering. khas udara jakarta saat ini. kemudian percakapan pun berlanjut. ibu itu bertanya mengenai saya, tentang kuliah saya, tempat tinggal dan keluarga. aneh memang bagi saya karena jujur saya jarang sekali berbicara dengan orang asing. tapi entah kenapa ibu ini menarik perhatian saya. bukan karena dia menjual aneka rupa. tapi karena cara bicara ibu ini bena-benar berbeda dengan orang kebanyakan, seperti orang berpendidikan tinggi. cerita terus mengalir, ternyata ibu ini bernama ibu Lani, beliau memang bukan orang sembarangan meskipun toh nyatanya beliau tidak mengenyam pendidikan tinggi. singkat cerita ternyata dulu ibu lani memiliki usaha ala-alat elektronik yang cukup maju dengan omzet lumayan. namun toko itu ludes terbakar ketika terjadi kerusuhan 1998. Ibu tersebut memiliki darah tionghoa, oleh karenanya toko ibu lani tak luput dari serangan massa. setelah toko terbakar ibu lani tidak punya tempat tinggal dan terus hidup menumpang, suaminya stress akibat kejadian tersebut dan meninggal setahun yang lalu. ibu lani punya anak yang memiliki peyakit phobia dengan keramaian, ini merupakan dampak dari peristiwa yang dialaminya 1998 lalu, oleh karena itu anaknya terus dirumah kontrakan petaknya. begitu miris memang mendengar ceitan ibu lani di akhir percakapan ibu lani berpesan " makanya dek, adek kuliah yang bener. biar jadi orang pinter yang bermoral. supaya gak ada yang kayak saya lagi.cukup deh " mata ibu itu berlinang dan berkata " hmmm,coba saja ibu bukan tionghoa " kemudian ibu itu pergi sambil mengusap air matanya...

dan hari ini tepatnya, saya merasakan apa sindrome "andai aku bukan aku". saya teringat ibu lani. haru memang melihat orang yang memiliki semangat hidup seperti beliau, optimisme akan masa depan anaknya begitu tinggi meskipun anaknya memiliki gangguan. sekilas sindrome yang saya alami ternyata tidak separah ibu lani, belajar dari beliau. meskipun syndrome "andai aku bukan aku" versi saya juga complex dan tidak mudah bagi saya. tapi saya percaya harapan pasti ada meski sekecil apapun. Saya yakin ada kesempatan bagi setiap orang. memang butuh kedewasaan yang lebih ketika berada di tahap itu. dan juga pasti pengorbanan hati dan kebesaran jiwa untuk menerima setiap kondisi untuk dijalani dan dirasakan,,,

* saya dedikasikan untuk seseorang yang sangat saya sayangi dan cintai dengan hati, optimis Harapan selalu ada,sekecil apapun itu.