Monday 2 November 2009

Andai Aku Bukan Aku

entah kenapa, saya juga bingung judul diatas tiba-tiba melintas dipikiran saya. sebenarnya tidak tepat juga kalau dibilang "tiba-tiba" karena itu adalah hal yang seharian saya pikirkan, ada di benak saya. kalimat yang simpel memang, tidak lebih dari 5 kata dan phrase. tapi sungguh sarat makna. "andai aku bukan aku" . Saya yakin setiap orang di dunia ini pernah berpikir seperti ini. atau mungkin anda yang sekarang membaca blog ini pun pernah berpikir tentang hal seperti ini. Hal yang kecil tapi berarti.
andai aku bukan aku, sedikit bingung memang, tapi well saya hanya ingin share aja mengenai apa yang telah saya alami seminggu ini,,
selasa lalu, hmm entah selasa atau rabu tepatnya saya lupa. saya berjalan disebuah stasiun kereta dan melihat sosok ibu pedagang aneka rupa-rupa...aneka rupa-rupa disini bukan berarti segalanya dijual di ibu ini,tapi karena saya bingung sebenarnya spesifikasi apa yang dijual dia. Tisu, permen, korek, dan beberapa pulpen yang menjadi barang dagangannya. kebetulan saya membutuhkan tissu dan membeli pada ibu tersebut. setelah saya memanggil ibu itu, kemudian dia menghampiri. setelah transaksi ibu itu duduk di sebelah saya, sambil berkata, " hmm panasnya ya dek hari ini "
saya pun mengiyakan karena memang cuacanya sangat panas dan kering. khas udara jakarta saat ini. kemudian percakapan pun berlanjut. ibu itu bertanya mengenai saya, tentang kuliah saya, tempat tinggal dan keluarga. aneh memang bagi saya karena jujur saya jarang sekali berbicara dengan orang asing. tapi entah kenapa ibu ini menarik perhatian saya. bukan karena dia menjual aneka rupa. tapi karena cara bicara ibu ini bena-benar berbeda dengan orang kebanyakan, seperti orang berpendidikan tinggi. cerita terus mengalir, ternyata ibu ini bernama ibu Lani, beliau memang bukan orang sembarangan meskipun toh nyatanya beliau tidak mengenyam pendidikan tinggi. singkat cerita ternyata dulu ibu lani memiliki usaha ala-alat elektronik yang cukup maju dengan omzet lumayan. namun toko itu ludes terbakar ketika terjadi kerusuhan 1998. Ibu tersebut memiliki darah tionghoa, oleh karenanya toko ibu lani tak luput dari serangan massa. setelah toko terbakar ibu lani tidak punya tempat tinggal dan terus hidup menumpang, suaminya stress akibat kejadian tersebut dan meninggal setahun yang lalu. ibu lani punya anak yang memiliki peyakit phobia dengan keramaian, ini merupakan dampak dari peristiwa yang dialaminya 1998 lalu, oleh karena itu anaknya terus dirumah kontrakan petaknya. begitu miris memang mendengar ceitan ibu lani di akhir percakapan ibu lani berpesan " makanya dek, adek kuliah yang bener. biar jadi orang pinter yang bermoral. supaya gak ada yang kayak saya lagi.cukup deh " mata ibu itu berlinang dan berkata " hmmm,coba saja ibu bukan tionghoa " kemudian ibu itu pergi sambil mengusap air matanya...

dan hari ini tepatnya, saya merasakan apa sindrome "andai aku bukan aku". saya teringat ibu lani. haru memang melihat orang yang memiliki semangat hidup seperti beliau, optimisme akan masa depan anaknya begitu tinggi meskipun anaknya memiliki gangguan. sekilas sindrome yang saya alami ternyata tidak separah ibu lani, belajar dari beliau. meskipun syndrome "andai aku bukan aku" versi saya juga complex dan tidak mudah bagi saya. tapi saya percaya harapan pasti ada meski sekecil apapun. Saya yakin ada kesempatan bagi setiap orang. memang butuh kedewasaan yang lebih ketika berada di tahap itu. dan juga pasti pengorbanan hati dan kebesaran jiwa untuk menerima setiap kondisi untuk dijalani dan dirasakan,,,

* saya dedikasikan untuk seseorang yang sangat saya sayangi dan cintai dengan hati, optimis Harapan selalu ada,sekecil apapun itu.

2 comments: