Friday 23 October 2009

Indonesia dalam G.20

Perhelatan G.20 telah usai di gelar akhir September lalu di Pittsburgh , Pennsylvania . Acara yang dihadiri oleh anggota G.20 yang terdiri dari kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa dipimpin langsung oleh Presiden barak Obama selaku tuan rumah dari perhelatan tersebut. Acara yang diwarnai oleh aksi protes dan demonstrasi ini tetap berjalan sesuai rencana. Banyak pihak yang menyoroti acara ini. Media Internasional maupun Lokal terus meliput perkembangan selama acara berlangsung kepada masyarakat internasional. Hal itu dikarenakan pertemuan antar Negara maju dan Negara berkembang ini merupakan sebuah harapan bagi masyarakat internasional demi perbaikan ekonomi dunia.

Antusiasme juga terlihat di tanah air, media cetak maupun elektronik terus mengulas perkembangan G.20, banyak pihak baik praktisi maupun akademisi ikut andil walau hanya sekedar memberi komentar atau tanggapan, namun yang jelas pro dan kontra bergulir di tanah air terhadap forum ini. Pertanyaannya, mengapa acara ini begitu direspon oleh masyarakat tanah air? Yap , jawabannya sederhana yaitu karena Indonesia adalah salah satu peserta dalam perhelatan tersebut. Indonesia bukan lagi sebagai penonton melainkan sebagai actor dalam perhelatan internasional sekelas G.20. Prestise ? sudah pasti. Karena bagaimana tidak, Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN di forum G20.

INDONESIA LEBIH STRATEGIS

Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam G.20 menjadikan posisi Indonesia lebih strategis dalam kancah internasional. Artinya bukan tidak mungkin nantinya Indonesia memiliki bargaining position yang lebih, setelah mengikuti forum ini karena forum ini merupakan forum bagi Negara-negara yang berpengaruh terhadap 85% ekonomi di dunia, artinya 85% perputaran ekonomi di dunia ditentukan oleh Negara-negara dalam forum ini. Selain itu dengan dikeluarkannya keputusan dalam forum ini yang menetapkan bahwa kelompok negara ekonomi 20 sebagai lembaga permanen serta menggantikan G8 sebagai forum utama kerjasama ekonomi internasional. Hal ini tentunya manjadikan kabar baik bagi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia karena dengan demikian karena dengan demikian kepentingan Negara-negara berkembang juga dapat terakomodir dalam forum ini, mengingat sebelumnya G.8 dinilai hanya organisasi yang didirikan untuk kepentingan Negara-negara maju saja, karena memang hanya beranggotakan Negara-negara maju.

Selain itu nilai strategis lain dalam forum ini bagi Indonesia adalah Indonesia memiliki modal yang sangat besar untuk lebih memainkan perannya dalam forum G.20 ini terlebih yang terkait dengan isu iklim. Sebagaimana kita tahu bahwa orientasi Negara-negara maju dewasa ini tidak lagi terhadap energi, era energi ( minyak bumi ) saat ini sudah mulai ditinggalkan seiiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat internasional terhadap lingkungan. Dan dalam hal itu Indonesia memiliki porsi besar mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, Indonesia kaya hutan dan terumbu karang. Tinggal bagaimana pemerintah saat ini memaintance sumber daya tersebut dengan baik, karena merupakan investasi masa depan yang sangat menjanjikan bagi Indonesia selain menjaga kelestarian ekosistem global, ada nilai ekonomis dengan adanya carbon tradding seperti yang tertuang Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) yang rencananya akan dibahas pada Desember 2009 dalam UNFCCC. Mekanisme REDD diharapkan menjadi salah satu bagian dari kesepakatan tersebut sehingga menjadi sebuah solusi yang sangat baik terutamabagi Indonesia.

Namun tetap ada sisi kontra dari setiap fenomena yang ada. Meskipun optimisme mengalir deras atas keikutsertaan Indonesia dalam G.20 tetapi tidak sedikit pula yang meragukannya. Dalam G.20 Indonesia dinilai hanya sebagai ”penyemarak” meskipun bukan lagi penonton seperti dulu. Indonesia dinilai hanya sebuah alat bagi negara-negara maju yang memiliki kepentingan. Pasalnya, pasca krisis ekonomi yang melanda dunia, nilai demmand (permintaan) khususnya di negara-negara maju merosot. Mereka kehilangan pasar di negara mereka sehingga keberadaan Indonesia dinilai ”strategis” untuk menciptakan pasar baru bagi mereka. Sebagai negara dunia ke III indonesia jelas memiliki hal tersebut,populasi penduduk yang banyak serta perilaku konsumtif masyarakat indonesia, membuat indonesia merupakan lahan subur untuk negara-negara maju.

Selain itu selain itu banyak pihak pula yang masih menyangsikan G.20 itu sendiri karena g.20 belum permanen dan belum memiliki keterikatan serta belum jelasnya arah g.20 membuat sebagian kalangan menilai G.20 tidak lebih dari organisasi yang utopis dan alat negara maju di dunia. Bagaimanapun juga Indonesia harus pandai bersikap dan bergaul di dunia internasional, karena di era globalisasisaat ini sebuah negara dihargai dari bagaimana negara tersebut bersikap dalam kancah internasional dan dengan ikut serta indonesia dalam G.20 merupakan ” golden chance ” menuju indonesia yang lebih memiliki peran dalam dunia internasional

No comments:

Post a Comment